Baju Bekas Pembawa
Kesuksesan
Tala adalah gadis muda yang berusia 17 tahun. Dia adalah anak
tunggal dari Ryan Hafidhin dan Kartika Mercy. Ayahnya adalah salah satu
pengusaha sukses di Kota Surabaya. Tala duduk di bangku kelas 2 SMA. Tala
adalah sosok gadis kota yang sangat manja. Semua yang ia inginkan pasti
terpenuhi. Wajar saja, karena dia merupakan anak satu-satunya di keluarga
tersebut. Ayahnya adalah pengusaha tekstil terbesar di Jawa Timur. Kehidupan
Tala dan orang tuanya sangat berbeda. Hafidhin dan Kartika sangat hidup
sederhana, sedangkan Tala mempunyai gaya hidup yang mewah.
Pagi itu Tala bersiap-siap untuk
berangkat ke sekolah. Seperti biasa, sebelum berangkat ia meminta uang saku
kepada ibunya.
“ Maaaaa..... uang
jajanku mana ? ” teriak Tala dari dari ruang makan.
“ Sebentar nak, ini
mama ambilan. ” sahut mamanya.
Kartika memberikan
uang lima puluh ribu rupiah kepada Tala, uang jajan yang cukup besar bagi
pelajar. Tetapi, Tala menolak uang tersebut. Ia meminta uang jajan lebih.
“ Ini mah cukup buat
beli makan aja ma. Pulang sekolah nanti aku mau beli baju , sepatu , dan tas
ma. Tambahin uang jajannya, kalau nggak beli hari ini, barangnya keburu
hilang.” Elakan Tala.
Akhirnya Kartika
memberikan tambahan uang yang nilainya terbilang besar. Tala pun beranjak
beangkat ke sekolah mengendarai mobil mewahnya. Sesampainya di sekolah, ia
melakukan aktivitas di sekolah. Bel pulang pun berbunyi. Tala segera beranjak
menuju Tunjungan Plaza, salah satu mall yang ada di Surabaya. Tala membeli
baju, sepatu, dan tas bermerk. Sekali dia belanja, tidak hanya menghabiskan
uang puluhan atau ratusan ribu, tetapi mencapai jutaan. Tala adlah gadis yang
boros. Uang jajannya tidak disisihkan sepeserpun. Tala juga tidak bisa hidup
mandiri, ia selalu bergantung pada orang tuanya.
Suatu hari perusahaan milik ayahnya
sedang menghadapi masalah besar yang menyebabkan perusahaan tersebut bangkrut.
Semua aset-aset milik ayah Tala disita oleh bank. Kini kehidupan mereka
berbalik 180 derajat. Perusahaan , rumah, mobil, semuanya telah hilang dalam
sekejap. Mereka tidak mempunyai apa-apa lagi. Akhirnya mereka mencari tempat
tinggal di desa. Mereka mengontrak rumah yang sederhana. Saat itu Tala belum
bisa menerima kenyataan, bermi ggu-minggu dia terpuruk dalam kesedihan.
“ Cobaan apa yang
diberikan kepada keluargaku Ya Allah ? Tidak selamanya orang yang berada di
atas akan terus di atas.” katanya dalam hati sambil meneteskan air matanya.
Tala berusaha untuk
menerima kenyataan yang ada. Akhirnya dia pun bangkin dari keterpurukan.
“ Aku tidak boleh
bergantung pada orang tuaku terus-menerus. Dalam keadaan seperti ini, aku tidak
boleh terpuruk dalam kesedihan, aku harus bangkit ! “ gumanya dalam hati.
Kini Hafidhin tidak
memiliki pekerjaan tetap seperti dulu, ia bekerja sebagai kuli bangunan,
sedangkan Kartika bekerja sebagai tukang cuci keliling.
Suatu malam, Tala duduk di teras
rumahnya sambil berangan-angan.
“ Mmm.... Apakah aku
bisa melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi ?” pikirnya dalam hati.
Dia berfikir bahwa ia
harus mencari biaya sendiri untuk melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi.
Ia tidak bisa bekerja karena masih bersekolah dan tidak ada modal sedikit pun
untuk mendirikan usaha kecil-kecilan. Akhirnya Tala menemukan jalan keluarnya.
Tala menjual barang-barang mewah yang ia miliki melalui media online. Meskipun
barang itu sudah pernah dipakai, tetapi kondisi dan kualitasnya masih terjamin.
Banyak yang menyukai barang-barang tersebut dan banyak pembeli barang-barang
Tala. Dari situlah terkumpul terkumpul modal untuk berwirausaha. Tala membuka
usaha membuat toko baju kecil-kecilan. Usahanya pun terus berkembang. Kini Tala
memiliki tiga toko baju yang berada di Surabaya dan memiliki dua rumahmewah beserta mobil. Tala memboyong
orang tuanya ke tempat tinggalnya.
Pengarang : Mamta Iqlima