Selasa, 04 Agustus 2015

Cerpen Baju Bekas Pembawa Kesuksesan



Baju Bekas Pembawa Kesuksesan


            Tala adalah gadis muda yang berusia 17 tahun. Dia adalah anak tunggal dari Ryan Hafidhin dan Kartika Mercy. Ayahnya adalah salah satu pengusaha sukses di Kota Surabaya. Tala duduk di bangku kelas 2 SMA. Tala adalah sosok gadis kota yang sangat manja. Semua yang ia inginkan pasti terpenuhi. Wajar saja, karena dia merupakan anak satu-satunya di keluarga tersebut. Ayahnya adalah pengusaha tekstil terbesar di Jawa Timur. Kehidupan Tala dan orang tuanya sangat berbeda. Hafidhin dan Kartika sangat hidup sederhana, sedangkan Tala mempunyai gaya hidup yang mewah.

            Pagi itu Tala bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Seperti biasa, sebelum berangkat ia meminta uang saku kepada ibunya.

“ Maaaaa..... uang jajanku mana ? ” teriak Tala dari dari ruang makan.

“ Sebentar nak, ini mama ambilan. ” sahut mamanya.

Kartika memberikan uang lima puluh ribu rupiah kepada Tala, uang jajan yang cukup besar bagi pelajar. Tetapi, Tala menolak uang tersebut. Ia meminta uang jajan lebih.

“ Ini mah cukup buat beli makan aja ma. Pulang sekolah nanti aku mau beli baju , sepatu , dan tas ma. Tambahin uang jajannya, kalau nggak beli hari ini, barangnya keburu hilang.” Elakan Tala.

Akhirnya Kartika memberikan tambahan uang yang nilainya terbilang besar. Tala pun beranjak beangkat ke sekolah mengendarai mobil mewahnya. Sesampainya di sekolah, ia melakukan aktivitas di sekolah. Bel pulang pun berbunyi. Tala segera beranjak menuju Tunjungan Plaza, salah satu mall yang ada di Surabaya. Tala membeli baju, sepatu, dan tas bermerk. Sekali dia belanja, tidak hanya menghabiskan uang puluhan atau ratusan ribu, tetapi mencapai jutaan. Tala adlah gadis yang boros. Uang jajannya tidak disisihkan sepeserpun. Tala juga tidak bisa hidup mandiri, ia selalu bergantung pada orang tuanya.

            Suatu hari perusahaan milik ayahnya sedang menghadapi masalah besar yang menyebabkan perusahaan tersebut bangkrut. Semua aset-aset milik ayah Tala disita oleh bank. Kini kehidupan mereka berbalik 180 derajat. Perusahaan , rumah, mobil, semuanya telah hilang dalam sekejap. Mereka tidak mempunyai apa-apa lagi. Akhirnya mereka mencari tempat tinggal di desa. Mereka mengontrak rumah yang sederhana. Saat itu Tala belum bisa menerima kenyataan, bermi ggu-minggu dia terpuruk dalam kesedihan.

“ Cobaan apa yang diberikan kepada keluargaku Ya Allah ? Tidak selamanya orang yang berada di atas akan terus di atas.” katanya dalam hati sambil meneteskan air matanya.

Tala berusaha untuk menerima kenyataan yang ada. Akhirnya dia pun bangkin dari keterpurukan.

“ Aku tidak boleh bergantung pada orang tuaku terus-menerus. Dalam keadaan seperti ini, aku tidak boleh terpuruk dalam kesedihan, aku harus bangkit ! “ gumanya dalam hati.

Kini Hafidhin tidak memiliki pekerjaan tetap seperti dulu, ia bekerja sebagai kuli bangunan, sedangkan Kartika bekerja sebagai tukang cuci keliling.

            Suatu malam, Tala duduk di teras rumahnya sambil berangan-angan.

“ Mmm.... Apakah aku bisa melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi ?” pikirnya dalam hati.

Dia berfikir bahwa ia harus mencari biaya sendiri untuk melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi. Ia tidak bisa bekerja karena masih bersekolah dan tidak ada modal sedikit pun untuk mendirikan usaha kecil-kecilan. Akhirnya Tala menemukan jalan keluarnya. Tala menjual barang-barang mewah yang ia miliki melalui media online. Meskipun barang itu sudah pernah dipakai, tetapi kondisi dan kualitasnya masih terjamin. Banyak yang menyukai barang-barang tersebut dan banyak pembeli barang-barang Tala. Dari situlah terkumpul terkumpul modal untuk berwirausaha. Tala membuka usaha membuat toko baju kecil-kecilan. Usahanya pun terus berkembang. Kini Tala memiliki tiga toko baju yang berada di Surabaya dan memiliki dua rumahmewah beserta mobil. Tala memboyong orang tuanya ke tempat tinggalnya.

Pengarang : Mamta Iqlima